Bulan Kitab Suci Nasional 2021

Setiap tahunnya pada bulan September tentunya umat katolik  di seluruh dunia memiliki kekhasan untuk melakukan kegiatan yang sudah tak jarang kita ketahui  yakni, memperingati bulan kitab suci nasional.Tentunya tema yang diangkat pada BKSN tahun ini, merangkum mengenai kondisi dan keadaan kita semua dalam cobaan dunia, dengan wabah yang tak kunjung usai.

 

TEMA BKSN 2021

Tema yang diangkat pada BKSN tahun ini yaitu “Yesus Sahabat Seperjalanan Kita.” Masih dengan situasi dan kondisi yang sama, tema ini di angkat dengan mengaitkan wabah Covid-19 yang masih bergejolak tinggi di dunia, khususnya Indonesia.

 Parokijetis.com-Ini merupakan tema khusus, sebab pandemi telah membuat Pertemuan Nasional (Pernas) LBI tahun 2020 tertunda, sehingga tema empat tahunan bagi BKSN yang biasanya sudah ditetapkan sampai sekarang belum bisa dibicarakan bersama.Melalui rapat daring tanggal 23 Oktober 2020 yang dihadiri oleh Uskup Delegatus LBI, Pengurus Harian LBI, Penghubung Regio, Delegatus Kitab Suci, dan sejumlah narasumber, tema ini akhirnya disepakati karena dipandang aktual, relevan, dan selaras dengan kondisi yang kita hadapi sekarang.

 

ULASAN BKSN 2021

Keadaan dunia pada saat ini, menjadi semakin krisis dengan adanya wabah covid -19 ini. Tentunya kita semua sudah banyak mengetahui bahwa penyakit ini bukan merupakan penyakit semata-mata yang  dapat diremehkan ataupun dihiraukan. Sudah banyak dampak yang mengakibatkan penurunan ekosistem, kehancuran ekonomi, penghambat aktivitas sosial, budaya dan keagamaan .

Dengan maraknya wabah ini, tentunya banyak sekali korban jiwa yang diakibatkan oleh virus covid-19 ini. Dengan adanya berita tersebut  pemerintah memberikan banyak sekali panduan sistematis terkait  pencegahan wabah ini, yang  mewajibkan kita unntuk tetap jaga jarak dengan teman, tetangga, dan  keluarga terdekat.

Kebimbangan tentunya melanda hati kita semua, mengenai kejelasan hidup kita. kita sebagai orang beriman memiliki Allah yang selalu menemani kita, baik dengan keadaan kita seperti apa dan kondisi kita yang seburuk apa. Yesus menjadi sahabat kita semua dalam pandemi ini, ia hadir bukan secara fisik, namun ia senantiasa menenemani dalam perjalanan kita selama ini

 

UCAPAN TERIMA KASIH

LBI mengucapkan terima kasih kepada R.P. Albertus Purnomo OFM yang telah menyusun Gagasan Pendukung untuk BKSN tahun ini, kepada Komisi Kerasulan Kitab Suci (K3S) Keuskupan Agung Jakarta yang telah menyusun bahan pendalaman Kitab Suci untuk kelompok-kelompok, serta kepada R.P. Fery Kurniawan OFM yang kembali membuat poster BKSN yang sangat menyentuh dan indah.

Mengingat pandemi masih berlangsung hingga sekarang, kegiatan-kegiatan dalam rangka BKSN hendaknya dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, dan dengan memprioritaskan pertemuan-pertemuan secara daring.

Akhir kata, dengan bersama-sama merenungkan tema Yesus Sahabat Seperjalanan Kita, semoga kita sekalian diteguhkan, dikuatkan, dan dimampukan dalam menjalani saat-saat yang berat ini. Tuhan memberkati kita semua. –Lembaga Biblika Indonesia.

 

 

Unduh Buku Pedoman Bulan kitab Suci Nasional (BKSN) 2021

https://drive.google.com/file/d/17QaINM17BXqOJOLXbZ_dj-_wo5xeILh6/view?usp=sharing 

 

 

 

Katoliknews.com –Pemimpin Gereja Katolik dunia sekaligus kepala negara Vatikan, Paus Fransiskus, pada hari Minggu (29/8) meminta umat Kristen seluruh dunia untuk berdoa serta berpuasa demi perdamaian di Afghanistan. Berbicara kepada para peziarah di Lapangan Santo Petrus untuk pemberkatan mingguan, Paus Fransiskus menyampaikan kekhawatirannya yang besar serta merasakan penderitaan mereka yang berduka atas insiden bom bunuh diri di bandara Kabul hari Kamis (26/8) lalu. Secara khusus, Paus Fransiskus juga menegaskan bahwa dirinya akan dekat dengan semua pihak yang mencari bantuan dan perlindungan. Pernyataan Paus tersebut seolah mengindikasikan bahwa Paus, dan Vatikan, siap memberikan bantuan kepada orang-orang yang kini berusaha meninggalkan Afghanistan. “Sebagai umat Kristen, situasi seperti ini harus menyatukan semuanya. Dan karena itu, saya mengimbau kepada semua orang untuk berdoa secara intensif dan melaksanakan puasa, doa dan puasa, doa dan taubat. Sekarang saatnya untuk melakukannya,” ungkap Paus Fransiskus, seperti dikutip dari kontan.co.id

Lebih lanjut, Paus meminta semua untuk terus membantu mereka yang membutuhkan, serta berdoa agar dialog dan solidaritas dapat membawa kehidupan yang damai dan persaudaraan yang menawarkan harapan bagi masa depan Afghanistan. Di Afganishtan, jumlah umat Kristen sangatlah sediki. Hampir semua umat kristen yang ada merupakan orang asing yang bekerja di kedutaan atau pekerja bantuan di berbagai sektor Insiden bom bunuh diri di bandara Kabul pada hari Kamis mendapat perhatian khusu dari Paus Fransisikus. Serangan tersebut menewaskan puluhan warga Afganihtan dan 13 tentara AS yang ada di luar gerbang bandara. Saat kejadian, bandara dipadati oleh ribuan orang yang masih berusaha melarikan diri dari Afganishtan sejak Talibhan kembali menguasai negara tersebutIslamic State Khorasan (ISIS-K), afiliasi militan yang sebelumnya memerangi.

Katoliknews.com – Saat pasukan keamanan Myanmar menindak para pengunjuk rasa pada 28 Februari yang melawan kudeta militer, Suster Ann Rose Nu Tawng tidak tinggal diam. Tanpa gentar, ia berlutut di depan personel keamanan, memohon kepada mereka untuk tidak menembak warga sipil yang tidak bersenjata. “Tembak saja saya jika kalian mau,” katanya. “Para pengunjuk rasa tidak memiliki senjata dan mereka hanya menyampaikan aspirasi mereka dengan damai,” katanya, seperti dilansir UCA News, media Katolik Asia. Biarawati dari Kongregasi Suster St. Fransiskus Xaverius di Myitkyina, ibu kota negara bagian Kachin, mengenang bahwa petugas keamanan menyuruhnya pergi karena dia dalam bahaya besar, tetapi dia bersikeras dia tidak akan pergi dan siap untuk mati. “Saya telah mempersiapkan diri saya bahwa saya akan memberikan hidup saya untuk Gereja, untuk rakyat dan untuk negara,” katanya. Aksi heroik Suster Rose menuai apresiasi. 

Berbicara kepada UCA News pada tanggal 1 Maret, Suster Nu Tawng menjelaskan tentang bagaimana dia dua kali memohon kepada pasukan keamanan dan bagaimana dia membantu pengunjuk rasa melarikan diri dari pemukulan dan penangkapan. Pada 28 Februari, terjadi pemogokan nasional terhadap kekuasaan militer karena ribuan orang melakukan protes yang memicu tindakan keras yang intensif oleh polisi dan tentara, di mana sedikitnya 18 tewas dan banyak yang luka-luka. Biarawati berusia 45 tahun itu ingat bahwa puluhan pengunjuk rasa lari dan bersembunyi di klinik yang dikelola gereja tempat dia bekerja ketika petugas keamanan memukuli, mengejar, dan menangkap mereka. “Ketika saya melihat situasi itu, saya merasa ini seperti zona perang,” katanya. Dia juga dipukul di kaki dan dada tetapi hanya mengalami luka ringan. Suster Rose adalah salah satu biarawati yang berdiri di depan klinik dan menunjukkan solidaritas dengan para pengunjuk rasa dengan memegang spanduk bertuliskan “Keadilan dan demokrasi akan menang” saat pengunjuk rasa anti-kudeta bergerak di jalan-jalan. Selain itu, ia juga ikut serta dalam pawai di Myitkyina bersama dengan para imam, umat awam, dan biarawati lainnya untuk berdoa bagi perdamaian. Biarawati itu mengatakan dia merasa sangat sedih dan menangis ketika melihat gambar pasukan keamanan dengan keras menindak protes damai di beberapa kota. “Saya seorang biarawati Katolik tetapi saya juga warga negara Myanmar, jadi saya memiliki perasaan yang sama dengan orang-orang Myanmar,” katanya. “Saya selalu berpikir tentang bagaimana saya bisa membantu rakyat Myanmar.” Sister Rose menekankan bahwa orang-orang dari semua lapisan masyarakat, agama dan etnis perlu berjalan bahu-membahu untuk mencapai tujuan demokrasi. “Saya yakin kami akan mencapai tujuan kami melalui ketekunan meskipun perjalanannya berat dan menghadapi lebih banyak pertumpahan darah,” katanya.

Foto Suster Rose yang dibagikan di media sosial telah menarik simpati banyak pihak, termasuk jurnalis, kelompok hak asasi dan mantan utusan hak asasi PBB, Yanghee Lee, yang memuji keberaniannya. Joseph Kung Za Hmung, editor Gloria News Journal, sebuah media online Katolik di Myanmar menyatakan, tindakan Suster Rose dan tanggapan polisi yang berhenti setelah melihat permohonan suster itu telah mengejutkan banyak orang,. Ia menggambarkan tindakan biarawati itu sebagai teladan bagi para pemimpin gereja, seperti uskup dan imana “untuk keluar dari zona nyaman mereka dan mengikuti teladan keberaniannya.”

Jakarta, CNN Indonesia -- Sebentar lagi Paskah, namun tak ada umat yang berkumpul untuk bersama-sama mempersiapkan perayaan Ekaristi (Perjamuan Kudus) di pekan suci jelang Paskah. Pastor Romanus Romas yang biasanya menyambut umat sebelum misa dimulai kini harus menatap nanar ke arah bangku-bangku umat yang kosong di Katedral Santa Maria Palangka Raya. Sejauh matanya memandang dia hanya melihat beberapa petugas Ekaristi, bangku kosong, dan kamera. Ini adalah pertama kali baginya melakukan misa online tanpa umat. "Sedihnya campur aduk saja. Yang saya bayangkan waktu itu seperti dunia ini lumpuh. Dan saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu," ucapnya kepada CNNIndonesia.com.

"Saya 'dipaksa' untuk berbicara di depan benda mati (kamera). Rasanya kaku sekali. Hal ini berbeda dengan misa bersama umat, saya bisa memandang mereka, dan saya tau apa respon mereka kepada saya. Ini tantangan yang berat buat saya." Bukan cuma soal tak ada umat yang merayakan misa bersamanya, rasa grogi di depan kamera juga membuat perasaannya campur aduk. "Grogi, karena takut salah gaya di depan kamera. Berdiri diatur sedemikian rupa, duduk diatur, tatapan mata diatur, bicara diatur oleh juru gaya. Iya grogilah." Mempersiapkan misa online setelah adanya imbauan untuk physical distancing tentunya tak mudah, apalagi untuknya yang baru pertama kali.

"Saya kursus satu hari untuk menguasai alat-alat itu. Misa pertama kali ada yang bantu siapkan alat, misa selanjutnya saya siapkan sendiri, pasang alat dan lain sebagainya. Tetapi jujur sih misa online itu enggak enak banget." Lihat juga:Kamis Putih,Perjamuan Terakhir dan Perayaan Keteladanan Yesus Kesan pertama misa online yang membuatnya emosional ini tak lantas menyurutkan keinginannya untuk tetap melayani. Misa online tetap dijalankannya bergantian dengan pastor-pastor lainnya di gereja tersebut. Semuanya demi pelayanan kepada umat. "Ekaristi itu adalah hidupnya seorang imam. Ada atau tidak ada umat, seorang imam tetap merayakan Ekaristi. Dalam konteks misa online, itu untuk menjawab kerinduan umat yang haus akan sebuah perjumpaan rohani dengan Allah," ucapnya. "Untuk kasus covid-19 ini akhirnya gereja memberi dispensasi khusus mengenai Ekaristi online itu. Artinya para uskup mempunyai kebijakan pastoral untuk semua umat beriman bisa mengikuti misa online."

"Saat keputusan misa online ini ada surat resmi dari Bapa Uskup. Anjuran resmi Bapa Uskup ini kami teruskan kepada umat. Memang awalnya ada yang protes. Kenapa takut sama corona seakan gereja kurang beriman. Kita beri pemahaman kepada mereka." Bercandanya Tuhan itu asik deh. Dulu dilarang main hp saat misa, ehhh sekarang malah disuruh pegang hp selama misa, Pastor Romanus Romas Palangka Raya sendiri diakuinya sudah masuk ke dalam zona merah Covid-19. Maka kepatuhan akan imbauan pemerintah pun harus dilakukan termasuk untuk stay at home dan beribadah di rumah. "Saya tidak tahu apakah di Palangka Raya sudah mulai rapid test itu atau belum. Tapi saya setia pada perintah negara dan Gereja: Sosial distacing dan Physical distancing. Tak dimungkiri, sebagai pelayan umat, pastor memang seharusnya mendapat kesempatan untuk menjalani rapid test Covid-19.

"Kami di pastoran belum ada info, entah di keuskupan tapi sepertinya juga belum sih." Pastor Roman tak menampik, ada sebuah kerinduan untuk memandang dan interaksi dengan umat di gereja. Rindu bercengkrama dan juga tertawa bersama. Namun semua itu harus ditahannya. Di hari-hari biasa mungkin tak terlalu terasa namun kerinduannya memuncak saat perayaan Ekaristi dimulai. Bukan cuma saat homili, dia mengaku saat komuni adalah saat di mana dia paling merindukan kehadiran umat, dan tentu saja Tuhan.

 "Ketika saya komuni, umat diminta untuk komuni batin. Di situ saya terenyuh sekali." "Di sini ada kisah kecil yang dibagikan umat. Saat minggu pertama misa online ada satu keluarga yang ikut misa bersama anak-anaknya yang masih kecil. Ketika komuni, sang anak membawa roti kepada ibunya sambil berkata, "Ma, kita makan ini saja ya, karena Tuhan jauh sekali." Mendengar cerita itu hati saya meleleh." Tuhan yang dipahami si anak adalah di Gereja, namun tentu saja Tuhan tak pernah jauh melainkan ada di hati masing-masing orang beriman. "Komuni batin itu memang berbeda. Secara teologis dan liturgis, tetapi sikap keibuan gereja menjadi sangat nampak di sini. Walaupun secara harafiah umat tidak menerima komuni, tetapi secara batin atau rohani kerinduan itu bisa terpenuhi. Yesus hadir secara iman, secara rohani di situ.

" Disadarinya, di tengah pandemi ini, umat membutuhkan oase yang menyegarkan. Misa online ini pun sedikit banyak bisa mengobati kerinduan umat untuk beribadah, khususnya saat memasuki Pekan Suci menjelang Paskah, salah satu hari raya besar dalam kalender Gereja. Pastor Romanus nyatanya berbahagia, di tengah imbauan untuk di rumah saja, keimanan umatnya justru bertambah dan kerinduan mereka akan Tuhan semakin tinggi. "Kenyataan itu yang membuat saya terenyuh. Iman umat tetap bertumbuh bahkan semakin mendalam. Lalu saya berpikir gereja itu adalah bukan soal bangunannya tetapi orangnya. Dan gereja mini itu ialah keluarga. Di sanalah iman itu bertumbuh dan berkembang secara alamiah. Selama misa online ini, persahabatan dan kasih dalam keluarga justru semakin bertumbuh, ada kehangatan, ada cinta di sana," ucapnya. "Covid-19 ini akhirnya menumbuhkan solidaritas kemanusiaan yang menggugah banyak orang, ada empati dan simpati yang bertumbuh. Itu nampak dalam bela rasa yang diberikan oleh umat kepada para imamnya. Tetapi bela rasa itu akhirnya meluas dan menjangkau banyak orang. Paroki menjadi posko kemanusiaan. Banyak orang datang memberi dan berbagi dalam bela rasa kemanusiaan yang utuh. Saya kira itu hiburan yang sangat nyata bagi saya."

 Ironi main Hp, Sakralkah misa online?

"Tergantung disposisi batin masing2 orang. Karena banyak juga yang ke gereja tidak cukup serius mengikuti ekaristi, bahkan tidak sedikit yang main hp." "Bercandanya Tuhan itu asik deh. Dulu dilarang main hp saat misa berlangsung, ehhh sekarang malah disuruh pegang hp selama misa berlangsung," ungkapnya sambil bercanda. Tahun ini, tak ada perayaan Paskah meriah di Katedral Santa Maria Palangka Raya dan juga di seluruh Indonesia. Pastor Romanus mengingat-ingat kembali keriaan yang dulunya didapatkan. Tradisi Tablo di Jumat Agung, lomba drama jalan salib antar lingkungan, ada lomba pasio atau kisah sengsara, lomba lektor dan mazmur anak. "Pokoknya ramai sekali. Tetapi semua itu hanya nostalgia masa lalu. Tetapi ada satu keyakinan saya: walaupun kita terpisah secara jarak, namun kita tetap satu dalam doa dan kasih." "Covid akhirnya menyadarkan kita bahwa Tuhan itu bisa ditemukan dalam segala dan dalam segala menemukan Tuhan. Kepada umat sekalian, tetap semangat dan penuh harapan. Badai ini pasti berlalu. Setelah malam gelap pasti ada cahaya di pagi hari."

Sumber : cnnindonesia.com

Katolikpedia.id – Seorang Pastor di Lebanon secara khusus meminta dukungan doa dari seluruh umat Katolik di mana pun, pasca ledakan besar yang terjadi di Lebanon. “Kami meminta bantuan kepada semua umat agar membawa Lebanon dalam hati kalian. Pada momen sulit ini, kami menaruh kepercayaan besar dan mengharapkan dukungan doa dari Anda sekalian.Kami percaya bahwa Tuhan akan mendengarkan doa baik kalian semua dan Dia akan melindungi penduduka Lebanon di masa sulit ini,” ujar Pastor Miled el-Skayyem kepada EWTN di Kapel St. Yohanes Paulus II di Keserwan, Lebanon. Menurut Pastor Miled, kondisi mereka saat ini benar-benar memprihatinkan. Dua ledakan dahsyat yang terjadi bersamaan itu bak bom atom yang memporak-porandakan sebagian besar kota Beirut, ibu kota Negara Lebanon.

JAKARTA, KOMPAS.com - Konferensi Waligereja Indonesia ( KWI) mengatakan, para uskup meminta umat Katolik untuk memberikan dukungan berupa gerakan solidaritas membantu masyarakat yang terdampak wabah virus Corona atau Covid-19. Hal itu dikatakan Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial KWI Romo Steven, dalam konferensi persnya di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (28/3/2020). "Para uskup meminta kepada seluruh umat untuk memberikan dukungan gerakan solidaritas beraksi berbuat di tempat kita masing-masing. Kita diminta untuk membantu orang-orang yang sangat terdampak dalam persoalan ini," ujar Steven.

Style Selector

Layout Style

Predefined Colors

Background Image