Mempertanggungjawabkan kepercayaan

 

Mempertanggungjawabkan

kepercayaan

 

Dunia diciptakan bukan hanya untuk dimiliki segelintir orang saja, tetapi untuk semua ciptaan yang ada di dalamnya. Sudah sepantasnya bila semua hidup berdampingan sebagai saudara. Pada kenyataannya, persaudaraan tidak sellau dapat terwujud dengan baik. Sampai hari ini masih perlu diusahakan dan diperjuangkan.

Sejak manusia pertama hidup, mereka sudah jatuh ke dalam dosa. Ia mulai melihat sesama sebagai saingan, dan bukan sebagai saudara. Dengan cara demikian, hidup bersama menjadi seperti neraka, penuh konflik, sirik dan intrik. Perilaku demikian digambarkan oleh Yesus lewat perumpamaan pemilik kebun anggur yang menyerahkan dan mempercayakan kebunnya ke tangan penyewa. Namun, si penyewa tidak ingin berbagi hasil panenan, membunuh setiap utusan dan putera pemilik kebun.

Perumpamaan itu dimaksudkan untuk para pemimpin Yahudi saat itu. Namun, hal ini juga masih relevan untuk kita saat ini. Kita harus menyadari bahwa tugas dan jabatan merupakan  kepercayaan dari Tuhan. Bahkan, kehidupan yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan yang patut kita pertanggungjawabkan kepada-Nya. Apakah hidup saya sungguh berbuah bagi Tuhan, ataukah hanya untuk dinikmati sendiri? Apakah saya setiap hari mempertanggungjawabkan hidup dan jabatan saya pada Tuhan? Apakah saya menerima kehadiran Yesus, Putera Allah dengan terbuka untuk senantiasa mengingatkan misi yang Tuhan berikan pada saya ?

 

Rm Sigit SCJ

Style Selector

Layout Style

Predefined Colors

Background Image