“MENGOLAH DIRI

(Mat. 13:21-23)

 

Yesus mengajar banyak orang hari ini dengan menggunakan perumpamaan Kerajaan Allah seperti benih yang ditaburkan.  Benih ditaburkan pada empat jenis tanah: tanah di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah penuh semak duri dan tanah yang baik. Tanah di pinggir jalan amat keras sehingga benih tidak dapat bertumbuh, malah habis dimakan burung. Benih pada tanah berbatu-batu dan tanah penuh semak duri berperilaku serupa. Tumbuh sebentar, kemudian mati. Hanya benih di tanah yang baik yang bertumbuh, dan berbuah. Ada yang 100 kali lipat, 60 kali lipat dan 30 kali lipat.

Dikatakan “tanah yang baik” bukan karena tanah itu berkualitas sempurna. Hanya pada tanah itu tidak terdapat hal-hal yang berpotensi menggagalkan pertumbuhan tanaman. Tanah itu tidak keras, tidak penuh batu dan semak duri. Hati seumpama tanah, sedangkan benih ialah firman Tuhan. Agar firman Tuhan bertumbuh, dan berbuah, tidak harus kita memiliki kualitas hati sempurna (murni tanpa ada satu pun sifat dosa). Mustahil kita manusia berdosa memiliki kualitas hati sedemikian. Hanya kita perlu membersihkan hati dari hal-hal yang berpotensi menggagalkan pertumbuhan firman Tuhan.

Apa saja hal-hal itu? Pertama adalah kekerasan hati. Tidak boleh hati kita menjadi keras (tidak bersedia ditegur, diajar atau dinasihati). Sekiranya pada hari ini kita mendengar suara Tuhan, jangan keraskan hati (lih. Ibr. 3:15). Terima didikan firman Tuhan, lalu praktikkan dalam kehidupan sehari-hari! Selanjutnya adalah batu dan semak. Perlu kita membersihkan hati dari penghambat iman, seperti ketakutan, kecemasan, keraguan dan kebimbangan. Maka tentu firman Tuhan akan bertumbuh, dan berbuah. Semakin hari kita mendapati diri semakin serupa dengan Yesus.

 

Rm Sigit,SCJ

 

 "MENGENALI SANG GEMBALA YANG BAIK"

(Yoh. 10:0110)

Beberapa waktu lalu, ada seekor anjing kampung betina yang hamil datang ke komplek gereja kita dan akhirnya tinggal di sekitar gereja. Ternyata, anjing itu hamil dan kemudian melahirkan. Dengan rasa kasihan, akhirnya, induk anjing itu dan anak-anaknya dipelihara. Pada awalnya, anjing itu sulit dijinakkan dan galaknya setengah mati. Namun, setelah beberap waktu dirawat dan diasuh, induk dan anak-anak anjing itu menjadi jinak dan malah setia menjadi penjaga gereja kita. Sangat khas, anjing itu akan menggonggongi orang asing yang masuk kompleks gereja. Namun, ketika ada keluarga pasturan, anjing itu menjadi sangat jinak bahkan sudah mengenali suara klakson mobil pasturan. Maka, ketika dipanggil namanya, mereka akan mendekat dan bersukacita dengan mengobat-abitkan ekornya. Dari penggalan kisah ini, kita belajar bahwa pengenalan itu merupakan kebutuhan dasar setiap makhluk termasuk kita, manusia. Seseorang merasa aman dan nyaman, ketika sudah saling kenal maka ia tidak akan segan segan untuk percaya dengan sepenuh hati.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita mendengarkan bahwa gembala yang baik mengenal domba-domba dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal. Semoga kita sebagai sebagai umat Allah, semakin mampu menjadi domba yang mengenali suara Sang Gembala Baik dan mengikutiNya. Berkah Dalem.  

 

Rm Marius Ari SCJ

Melihat dan Beriman

 

Dalam bacaan Minggu Prapaskah IV, Injil Yohanes menyampaikan kisah penyembuhan orang buta sejak lahir. Orang itu tidak meminta untuk dapat melihat, tetapi Yesus memberikan penyembuhan dengan meramu lumpur dan menyuruhnya mandi di kolam. Ketika diminta menjelaskan, orang itu baru menyadari bahwa penolongnya adalah Yesus. Bacaan pertama dari juga menceritakan sosok Samuel yang dipandu Tuhan untuk mengenali pilihan-Nya sebagai pemimpin umat, yaitu Daud. Kedua kisah ini menunjukkan bahwa tuntunan ilahi dapat diterima setapak demi setapak menuju sebuah kebenaran.

Dalam Injil Yohanes, Yesus menolak anggapan bahwa cacat bawaan disebabkan oleh dosa. Ia menegaskan bahwa karya ilahi justru akan bisa terlihat dalam diri orang itu. Dalam kisah ini, Yesus sering kali memakai gagasan "terang" yang merujuk pada terang yang diciptakan pada hari pertama dalam karya penciptaan. Dengan menyebutkan dirinya sebagai terang, Yesus merupakan awal dari karya penciptaan dan melandasi kejadian selanjutnya sampai pada penciptaan manusia yang utuh. Dan si buta mengalami dinamika sembuh dari kebutaan menjadi pribadi yang mampu melihat karya Yesus melalui mata iman yang sehat.

Kisah ini meninggalkan pesan agar setiap orang mmenyadari tiap potensi untuk menerima tuntunan ilahi dan mengenali kebenaran. Meskipun terkadang kita mengalami cacat atau kesalahan, tetapi kita tidak perlu merasa berdosa atau merasa inferior. Sebagai ciptaan Tuhan, kita memiliki kemampuan untuk berubah dan menjadi lebih baik hingga mampu melihat indahnya karya ilahi atas hidup kita.

 

Fr. Virdi Mubin SCJ

 

WARTA PAROKI 

Paroki Santo Petrus Palembang

 

KEJUJURAN

(Mat 5:17-37)

Seseorang, apabila seusai ia mencuri, lalu ditanya dan ia menyangkal, itu berarti ia tidak jujur. Disebut tidak jujur karena apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya. Kita temukan dalam hidup bersama, terdapat begitu banyak pejabat yang terlibat dalam kasus ketidakjujuran berupa korupsi, kolusi dan nepotisme. Berita-berita bohong juga seringkali dimainkan untuk menjatuhkan pamor pihak tertentu. Tidak sedikit juga yang ingin mencari aman dengan berkata atau berlaku tidak jujur. Ada kasus lain juga berupa rekayasa bukti-bukti keuangan demi mencari nyaman atas kekeliruan, atau kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya.

“Jika ya hendaklah kamu katakan ya jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, sebab apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:37). Tuhan Yesus ingin setiap anak-anak-Nya hidup dalam kebenaran dengan memiliki keutamaan kejujuran. Kejujuran berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengatakan sesuatu yang benar. Benar dalam arti apa yang diungkapkan sesuai dengan realitas atau apa yang ada dalam realitas itulah yang diungkapkan melalui pernyataan. Tetapi, kita tahu, lingkup makna sabda itu tidak hanya sebatas pernyataan, tetapi meliputi segenap hidup kita. Artinya, lingkup kejujuran tidak sebatas kejujuran dalam kata. Ia meliputi hidup kita seutuhnya, dengan atau tanpa kata.

Jika kita jujur, kita akan mengakui talenta dan waktu yang ada pada kita, hingga kita rela melayani di bidang yang kita mampu. Jika kita jujur, kita berani mengakui keterbatasan diri. Jika kita jujur, kita mengakui bahwa yang baik adalah baik, yang jahat adalah jahat, siapa pun yang mengatakan atau melakukannya. Jika kita jujur, kita akan menakar hati kita, dan mengoreksinya jika itu harus. Jika kita jujur, kita akan berusaha memberlakukan apa pun yang kita tahu seharusnya berlaku. Demikianlah, kejujuran itu lebih dari sekadar soal pernyataan. Bersikap jujur adalah mengakui apa pun yang memang harus kita akui—dengan atau tanpa kata dan menindaklanjutinya dengan tindakan yang sesuai dengan pengakuan itu.

 

Rm. Sigit SCJ

 

Warta Paroki

"Memberi Rasa"

 

Hampir semua masakan menggunakan garam. Tanpa garam akan hambar. Tidak enak. Maka garam adalah bahan yang selalu tersedia disetiap rumah. Garam adalah senyawa kristalin NaCI yang merupakan klorida dan sodium, dapat larut dalam air dan asin rasanya. Garam ditaburkan kedalam masakan dan bercampur dengan bahan makanan yang dimasak. Supaya merata percampurannya, maka diaduk-aduk, maka seluruh masakan menjadi enak dan berasa. Jadi, garam penting, bahkan salah satu bahan penentu rasa enak sebuah masakan.

Garam dan terang. Mengapa sih Tuhan menggunakan istilah garam dan terang? Banyak orang menyangka bahwa fungsi garam dan terang itu sama. Ya memang ada kesamaannya. Tetapi garam, memiliki fungsi yang cukup unik. Garam bisa memberi rasa asin tanpa terlihat. Lihat saja air laut dan air tawar (air biasa). Jika sama-sama dimasukkan ke dalam wadah seperti gelas, nyaris tidak akan ada bedanya. Garam hanya bisa terdeteksi jika dirasakan.

Seperti itulah gambaran anak Tuhan yang Tuhan inginkan. Menjadi anak Tuhan seperti garam, yang mengasinkan dengan larut di dalamnya. Garam tidak berfungsi maksimal ketika berkumpul dengan garam lainnya. Garam akan berfungsi maksimal ketika ia dilarutkan ke dalam benda lain. Garam akan berfungsi ketika dibubuhkan pada sayur yang hambar, sehingga rasanya menjadi lebih enak. Anak Tuhan pun demikian, ada kalanya kita harus menjadi seperti garam, yang tanpa banyak terlihat oleh tetapi kehadirannya dirasakan membawa berkat dimanapun kita berada. Gereja mungkin tidak harus terlihat megah, tetapi bermanfaat bagi orang lain. Ada hadirat dan atmosfer surgawi di sekeliling kita, yang membuat orang lain bisa merasakan kehadiran Tuhan.

 

Rm Sigit, SCJ

 

Warta Paroki

Santo Petrus Palembang

 

"BAHAGIA DALAM KESEDERHANAAN"

 

Seorang pemuda bertemu dengan teman-temannya. Dalam pembicaraan itu, ia dengan bangga memamerkan bahwa dia baru saja membeli helm terbaik. Sambil menunjukkan foto helmnya, ia menyebutkan harganya yang mahal. Banyak temannya yang memuji dia dan membuatnya merasa senang. Namun, ada satu temannya yang tiba tiba berkomentar singkat, “Katanya, di parkiran ini sering terjadi aksi maling helm lho. Beberapa waktu lalu, temanku kehilangan helm terbaiknya.” Mendengar komentar itu, sang pemuda itu tiba-tiba menjadi gelisah. Naasnya, ketika hendak pulang, helm kebanggaannya hilang. Sedihlah dia.

Pada hari ini, kita mendengarkan injil tentang Sabda Bahagia. Dalam sabda bahagia, Yesus menyampaikan bahwa mereka yang berbahagia adalah mereka yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya, bukan mereka yang mengandalkan atau membanggakan kekayaan dan kekuatannya sendiri. Dalam kelemahan dan bahkan dalam keterbatasan, para murid justru diingatkan untuk semakin mengandalkan kekuatan Tuhan. Kesederhanaan hidup akan memberikan kebahagiaan dan membiarkan keagungan Tuhan semakin tampak.

Sebagai pengikut Kristus, seringkali kita jatuh dalam godaan untuk mengandalkan dan mengedepankan kekayaan dan  kekuatan material kita sendiri. Padahal, di lain sisi, kekayaan material bisa saja malah membuat kita gelisah dan cemas. Sabda Bahagia hari ini mengingatkan kita untuk semakin berani sederhana dan mengandalkan Tuhan dalam hidup kita

 

Rm. Marius, SCJ

Style Selector

Layout Style

Predefined Colors

Background Image