Gereja Kosong dan Hati Pastor yang Meleleh di Misa Online

Jakarta, CNN Indonesia -- Sebentar lagi Paskah, namun tak ada umat yang berkumpul untuk bersama-sama mempersiapkan perayaan Ekaristi (Perjamuan Kudus) di pekan suci jelang Paskah. Pastor Romanus Romas yang biasanya menyambut umat sebelum misa dimulai kini harus menatap nanar ke arah bangku-bangku umat yang kosong di Katedral Santa Maria Palangka Raya. Sejauh matanya memandang dia hanya melihat beberapa petugas Ekaristi, bangku kosong, dan kamera. Ini adalah pertama kali baginya melakukan misa online tanpa umat. "Sedihnya campur aduk saja. Yang saya bayangkan waktu itu seperti dunia ini lumpuh. Dan saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu," ucapnya kepada CNNIndonesia.com.

"Saya 'dipaksa' untuk berbicara di depan benda mati (kamera). Rasanya kaku sekali. Hal ini berbeda dengan misa bersama umat, saya bisa memandang mereka, dan saya tau apa respon mereka kepada saya. Ini tantangan yang berat buat saya." Bukan cuma soal tak ada umat yang merayakan misa bersamanya, rasa grogi di depan kamera juga membuat perasaannya campur aduk. "Grogi, karena takut salah gaya di depan kamera. Berdiri diatur sedemikian rupa, duduk diatur, tatapan mata diatur, bicara diatur oleh juru gaya. Iya grogilah." Mempersiapkan misa online setelah adanya imbauan untuk physical distancing tentunya tak mudah, apalagi untuknya yang baru pertama kali.

"Saya kursus satu hari untuk menguasai alat-alat itu. Misa pertama kali ada yang bantu siapkan alat, misa selanjutnya saya siapkan sendiri, pasang alat dan lain sebagainya. Tetapi jujur sih misa online itu enggak enak banget." Lihat juga:Kamis Putih,Perjamuan Terakhir dan Perayaan Keteladanan Yesus Kesan pertama misa online yang membuatnya emosional ini tak lantas menyurutkan keinginannya untuk tetap melayani. Misa online tetap dijalankannya bergantian dengan pastor-pastor lainnya di gereja tersebut. Semuanya demi pelayanan kepada umat. "Ekaristi itu adalah hidupnya seorang imam. Ada atau tidak ada umat, seorang imam tetap merayakan Ekaristi. Dalam konteks misa online, itu untuk menjawab kerinduan umat yang haus akan sebuah perjumpaan rohani dengan Allah," ucapnya. "Untuk kasus covid-19 ini akhirnya gereja memberi dispensasi khusus mengenai Ekaristi online itu. Artinya para uskup mempunyai kebijakan pastoral untuk semua umat beriman bisa mengikuti misa online."

"Saat keputusan misa online ini ada surat resmi dari Bapa Uskup. Anjuran resmi Bapa Uskup ini kami teruskan kepada umat. Memang awalnya ada yang protes. Kenapa takut sama corona seakan gereja kurang beriman. Kita beri pemahaman kepada mereka." Bercandanya Tuhan itu asik deh. Dulu dilarang main hp saat misa, ehhh sekarang malah disuruh pegang hp selama misa, Pastor Romanus Romas Palangka Raya sendiri diakuinya sudah masuk ke dalam zona merah Covid-19. Maka kepatuhan akan imbauan pemerintah pun harus dilakukan termasuk untuk stay at home dan beribadah di rumah. "Saya tidak tahu apakah di Palangka Raya sudah mulai rapid test itu atau belum. Tapi saya setia pada perintah negara dan Gereja: Sosial distacing dan Physical distancing. Tak dimungkiri, sebagai pelayan umat, pastor memang seharusnya mendapat kesempatan untuk menjalani rapid test Covid-19.

"Kami di pastoran belum ada info, entah di keuskupan tapi sepertinya juga belum sih." Pastor Roman tak menampik, ada sebuah kerinduan untuk memandang dan interaksi dengan umat di gereja. Rindu bercengkrama dan juga tertawa bersama. Namun semua itu harus ditahannya. Di hari-hari biasa mungkin tak terlalu terasa namun kerinduannya memuncak saat perayaan Ekaristi dimulai. Bukan cuma saat homili, dia mengaku saat komuni adalah saat di mana dia paling merindukan kehadiran umat, dan tentu saja Tuhan.

 "Ketika saya komuni, umat diminta untuk komuni batin. Di situ saya terenyuh sekali." "Di sini ada kisah kecil yang dibagikan umat. Saat minggu pertama misa online ada satu keluarga yang ikut misa bersama anak-anaknya yang masih kecil. Ketika komuni, sang anak membawa roti kepada ibunya sambil berkata, "Ma, kita makan ini saja ya, karena Tuhan jauh sekali." Mendengar cerita itu hati saya meleleh." Tuhan yang dipahami si anak adalah di Gereja, namun tentu saja Tuhan tak pernah jauh melainkan ada di hati masing-masing orang beriman. "Komuni batin itu memang berbeda. Secara teologis dan liturgis, tetapi sikap keibuan gereja menjadi sangat nampak di sini. Walaupun secara harafiah umat tidak menerima komuni, tetapi secara batin atau rohani kerinduan itu bisa terpenuhi. Yesus hadir secara iman, secara rohani di situ.

" Disadarinya, di tengah pandemi ini, umat membutuhkan oase yang menyegarkan. Misa online ini pun sedikit banyak bisa mengobati kerinduan umat untuk beribadah, khususnya saat memasuki Pekan Suci menjelang Paskah, salah satu hari raya besar dalam kalender Gereja. Pastor Romanus nyatanya berbahagia, di tengah imbauan untuk di rumah saja, keimanan umatnya justru bertambah dan kerinduan mereka akan Tuhan semakin tinggi. "Kenyataan itu yang membuat saya terenyuh. Iman umat tetap bertumbuh bahkan semakin mendalam. Lalu saya berpikir gereja itu adalah bukan soal bangunannya tetapi orangnya. Dan gereja mini itu ialah keluarga. Di sanalah iman itu bertumbuh dan berkembang secara alamiah. Selama misa online ini, persahabatan dan kasih dalam keluarga justru semakin bertumbuh, ada kehangatan, ada cinta di sana," ucapnya. "Covid-19 ini akhirnya menumbuhkan solidaritas kemanusiaan yang menggugah banyak orang, ada empati dan simpati yang bertumbuh. Itu nampak dalam bela rasa yang diberikan oleh umat kepada para imamnya. Tetapi bela rasa itu akhirnya meluas dan menjangkau banyak orang. Paroki menjadi posko kemanusiaan. Banyak orang datang memberi dan berbagi dalam bela rasa kemanusiaan yang utuh. Saya kira itu hiburan yang sangat nyata bagi saya."

 Ironi main Hp, Sakralkah misa online?

"Tergantung disposisi batin masing2 orang. Karena banyak juga yang ke gereja tidak cukup serius mengikuti ekaristi, bahkan tidak sedikit yang main hp." "Bercandanya Tuhan itu asik deh. Dulu dilarang main hp saat misa berlangsung, ehhh sekarang malah disuruh pegang hp selama misa berlangsung," ungkapnya sambil bercanda. Tahun ini, tak ada perayaan Paskah meriah di Katedral Santa Maria Palangka Raya dan juga di seluruh Indonesia. Pastor Romanus mengingat-ingat kembali keriaan yang dulunya didapatkan. Tradisi Tablo di Jumat Agung, lomba drama jalan salib antar lingkungan, ada lomba pasio atau kisah sengsara, lomba lektor dan mazmur anak. "Pokoknya ramai sekali. Tetapi semua itu hanya nostalgia masa lalu. Tetapi ada satu keyakinan saya: walaupun kita terpisah secara jarak, namun kita tetap satu dalam doa dan kasih." "Covid akhirnya menyadarkan kita bahwa Tuhan itu bisa ditemukan dalam segala dan dalam segala menemukan Tuhan. Kepada umat sekalian, tetap semangat dan penuh harapan. Badai ini pasti berlalu. Setelah malam gelap pasti ada cahaya di pagi hari."

Sumber : cnnindonesia.com

Style Selector

Layout Style

Predefined Colors

Background Image