Masa Prapaskah

Masa Prapaskah merupakan pertanda bagi kita umat Kristiani dalam menyambut paskah, pada saat menyambut hari kebangkitan Yesus Kristus. Masa prapaskah sendiri dimulai dari hari rabu-abu, yang dimana kita semua mengenali bahwa slogan “manusia lahir dari debu, berakhir menjadi abu.” Oleh karena hal ini, kita sebagai umat beriman diberikan tanda salib suci dari abu pada dahi kita umat Kristiani. Masa prapaskah sendiri berakhir dengan disudahkannya tiga hari suci yakni, kamis putih, jumat agung dan sabtu suci/paskah.

Ternyata terdapat 2 hal menarik yang dapat diambil dari masa prapaskah ini :

  1. Makna Abu sebagai tanda Prapaskah

Mungkin kita sebagai umat Kristiani, mendapat abu hanya sebagai pengetahuan dasar bahwa itu merupakan sarana dan prasarana dari ekaristi tersebut. Namun, dibalik dari itu terdapat beberapa maksud yang ingin di ajarkan kepada kita, bahwa abu ini menjadi symbol dari duka cita dan juga sebagai aspek pemurnian untuk seorang dalam masa pemulihan dosa-dosanya.

  1. Prapaskah ditandai dengan berpantang dan berpuasa

Mungkin hal ini juga menjadi pertanyaan, mengapa harus berpuasa dan berpantang ? Hal ini dapat dikatakan untuk, meneladani kisah yesus dalam berpuasa dan berpantang selama 40 hari, memberikan penilaian pribadi kepada diri kita bukan saja pangan dan lainnya yang harus ditahan, namun juga seperti hawa nafsu yang bersifat interen dari dalam diri kita.

Bagi kita umat kristinai hal-hal seperti ini, dapat kita jadikan sebagai darasan cinta kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Prapasakah juga merupakan momen penyambutan untuk mengenang kematian Yesus Kristus. Dan sudah seharusnya, dalam masa prapaskah ini kita lebih maksimal untuk mempersiapkan diri kita pribadi dalam hal menyambut paskah nantinya.

 KISAH PASTOR VALENTINUS

HINGGA MATI DIPENGGAL

 

Pada masa Kerajaan Romawi, Claudius II yang bertahkta sebagai pemimpin pada saat itu, memiliki peranan dalam pengalihan kekuasaan dan keberagaman. Ia meyakini bahwa kelemahan terbesar  pada tentara  Romawi ialah kebelaskasihan akan keluarga. Dan dengan itu juga, Claudius II membuat suatu dekrit yang berisikan larangan menikah bagi setiap tentara romawi.

Tentu keputusan ini membuat banyak sekali perdebatan dan keresahan, dan dengan kegelesihan mereka mengikuti aturan yang telah ditentukan. Terkecuali pastor Valentinus, ia bersikeras menentang aturan yang telah ditetapkan oleh Claudius, dikarenakan hal seperti ini merupakan aksi tak berperikemanusiaan dan tak adil.  

Sang pemuka agama tersebut, menganggap semua hal yang telah dilakukan tentara romawi kepada bangsanya memiliki efek timbal balik yang cukup baik. Oleh karena itu, Pastor Valentinus masih memberikan kesempatan untuk memberikan sakramen perkawinan secara diam-diam.

Namun aksi pastor Valentinus kunjung usai, dikarenakan terbongkar oleh kaisar Claudius II. Dan dengan itu Pastor Valentiunus ditangkap dan diberikan hukuman penjara dan hukuman mati. Melansir dari History, Rabu (14/2/2018), Valentinus ditangkap dan diseret hingga ke Prefek Romawi yang menjatuhkan hukuman mati dengan cara dipukuli dan kepalanya dipenggal.

Dan dibalik kisah penangkapan ini, Pastor Valentinus menyisipakan suatu pesan kepada teman tahanan pada saat ia dipenjara  dengan dibubuhi tulisan “Valentinus-Mu.”

Sejumlah cerita pun bermunculan, dikarenakan kematian Pastor Valentinus berpapasan dengan hari Romansa pada tanggal 14 Februari yang pada saat itu dikenal dengan Pesta festival Cinta pada kebudayaan pagan. Pesta tersebut dilakukan dengan memasukka nama-nama gadis yang nantinya akan dipasangkan dengan pria.

Gereja Katolik merayakan Hari Santo Valentinus sejak 496 hingga secara resmi diakhiri 1969. Akan tetapi, sejumlah Paroki masih merayakan Hari Santo Valentinus meski tidak banyak. Hari ini, 14 Februari menjadi hari di mana orang-orang saling berbagi pesan cinta dan hadiah bagi orang-orang yang dikasihinya.

  1. Partisipasi Gereja untuk mewartakan Injil dalam dunia dan sarana di jaman sekarang
  • Keikutsertaan kita untuk berpartisipasi dalam mewartakan Injil menggunakan instrumen atau teknologi di jaman sekarang
  1. Ajaran Gereja
  • Dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Tahta Suci, Pontifical Council for Social Communication (Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial), yang berjudul “Gereja dan Internet” (2002), membahas dua hal:
  • Komunikasi merupakan sebuah jalan untuk menyampaikan Kabar Gembira tentang Yesus Kristus kepada dunia
  • Media atau alat komunikasi di jaman sekarang (dengan kecanggihannya) menjadi instrumen fungsionaris untuk menjalin komunikasi dalam usaha evangelisasi kepada dunia.
  • “Komunitas vritual iman”
  1. Teolog
  • Andrew Byers, teolog Amerika, dalam bukunya TheoMedia: The Media of God and the Digital Age (2013)
  • Media atau alat komunikasi di jaman sekarang adalah “media Allah”
  • Dalam PL, Allah menggunakan media untuk menyalurkan Sabda-Nya, baik secara oral ataupun tertulis > Ia menggunakan lidah para nabi-Nya.
  • Inkarnasi merupakan puncak dari TheoMedia > melalui inkarnasi, Allah (dalam Diri Yesus Kristus) mengkomunikasikan Diri-Nya dalam membangun relasi dengan umat-Nya.
  • Media atau alat komunikasi jaman sekarang adalah TheoMedia “Jika diri kita, didorong oleh Roh Allah, melalui kegiatan online – melalui kicauan Twitter, komentar-komentar dan status update kita, serta dalam meneruskan informasi dalam pelbagai aplikasi on line; itu semua didasari oleh nilai-nilai iman Kristiani”.
  • Adrew Byers > media dan alat komunikasi di jaman digital sekarang ini dapat menjadi media baru Allah untuk dekat dengan umat-Nya.
  1. Kita sebagai Gereja diundang untuk juga berpartisipasi menggunakan sarana komunikasi di jaman sekarang ini untuk mewartakan Kristus
  • Tidak menggunakannya hanya untuk sarana rekreasi
  • Tapi menggunakannya secara aktif sebagai sarana untuk mewartakan nilai-nilai iman Kristiani.

Mengenai Hari Raya Penampakan Tuhan

 

Pada hari Minggu kemarin, tentunya kita semua telah mendengarkan  mengenai kisah ketiga orang majus yang datang jauh-jauh untuk menemui Yesus di Betlehem. Menurut asalnya, Ketiga orang-orang majus itu  memang dalam daerahnya di Persia-Irak-Iran, telah diakui sebagai seorang yang mahir dalam ilmu perbintangan, selain itu mereka juga berperan dalam pelayanan ulama agama setempat.

Menurut “Matius” mereka dalam kisah ini, mewakili orang-orang bukan Yahudi yang datang jauh-jauh untuk menemui sang Juruslamat di Betlehem, yang di yakini akan menjadi pemimpin umat manusia. Dan kerendahan hati dan kebijaksanaan para Majus ini yang membawa mereka datang ke Betlehem,dengan petunjuk Bintang.

Tentunya dalam perjalanan, Raja Herodes yang kebetulan menjadi seorang yang berkuasa di daerah tersebut memberi mandat kepada ketiga raja ini, untuk kembali lagi kepadanya dan memberitakan hal apa saja terkait yang mereka lihat. Namun karena penglihatan mengenai peringatan hal ini melalui mimpi, ketiga raja ini  pulang lewat jalan yang berbeda.

Para majus ini pulang tentunya lewat jalan yang berbeda, yang ditentunya jalan paling berbahaya, jauh dan mereka tetap percaya akan kuasa Allah. Dengan begitu, para majus ini tetap yakin dan melakukan kehendak Allah.

Dalam kisah tersebut, manifestasi Yesus Kristus yang memberikan suatu pencerahan kepada ketiga majus itu  untuk tetap percaya akan kuasanya. Pastinya kita dalam kehidupan selalu beriringan dengan yang namanya “Pilihan”. Pertanyaan antara memilih atau tidak, itulah yang biasanya membuat kita bingung, namun kembali lagi penyelarasan bahwa Allah hadir dalam diri kita memberikan kebebasan dan kemenangan pada suara hati kita semua. Allah hadir dalam Suara hati kita yang memberikan kelegaan dalam setiap jalannya.

 

“Terjadilah padaku menurut Kehendak-Mu”

Kisah Natal Sebagai Timbal Balik

Untuk Kehidupan

 

 Memaknai natal tentunya kita semua tidak bisa luput dari yang namanya keadaan. Tentunya masih menjadi pertanyaan terbesar yakni, “Bagaimana memaknai natal yang tepat.” Sementara itu bukan hanya itu, pemaknaan natal sendiri yang setiap tahunnya berbeda khususnya kepada orang muda yang pastinya mengalami. Tentnunya hal pertama yang tentunya harus dilakukan,yakni bersyukur akan keadaan yang telah diberikan Tuhan kepada kita semua, baik secara langgsung memberikan kita berkat maupun hanya memberikan kita pembelajaran untuk proses kehidupan kedepan-nya.

Mungkin banyak yang bertanya, dalam judul mengapa “natal sebagai timbal balik untuk kehidupan ?.” Seperti yang tertera dalam injil Matius “ Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “ Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel, yang artinya Allah Menyertai Kita.” (Matius 1:22-23). Yang menjadi jawaban dari kutipan injil tersebut, bahwa firman yang telah di genapkan memberikan suatu penyelamat  yakni Imanuel, yang artinya Allah Menyertai Kita.

Natal tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya tentunya memiliki banyak sekali perbedaan yang spesifik, setelah kurang lebih 2 tahun dengan keadaan yang berbeda pastinya dari kita semua mengalami perasaan yang berbeda dan berubah baik dari segi kehidupan, moralitas dan struktural keluarga sekalipun. Kita sebagai manusia sebenarnya tidak dapat membuat statement bahwa natal yang baik adalah seperti yang kita ingini, namun kembali lagi ke dalam pribadi masing-masing, yang dapat membawa dirinya sendiri kepada penghayatan kelahiran Yesus Kristus.

“Natal mengundang perasaan kelembutan, sukacita, dan kasih. Natal bukan hanya suatu perayaan tentang bagaimana Yesus datang kedalam dunia namun juga mengetahui siapa Dia yang datang dan mengapa Ia datang ke dunia.”

Yesus hadir ke dunia, untuk menyertai kita semua seperti yang telah dijelaskan oleh injil tadi, dengan begitu dengan hadirnya Yesus Kristus kita harus mengimani dan percaya bahwa apapun yang terjadi, baik itu hal baik dan coba untuk menjadi lebih baik, harus kita hadapi, dan tentunya doa seluruh umat manusia untuk sekarang, bukan lain yakni semoga  lekas pulih dari covid-19. Oleh karena itu hal yang merubah kehidupan harus kita mulai dari kepercayaan diri kita sendiri, untuk  percaya dan memaknai bahwa Yesus hadir ke dunia dengan membawa muzizat kesembuhan dan cinta kasih.

 

Memaknai Masa Advent

 

Bulan November menjadi bulan penuh pengharapan akan Yesus Kristus untuk Umat Kristiani sendiri. Dimulai dari abad ke-6, orang kristiani roma memiliki pemikiran dan pedoman bahwa adven merupakan kedatangan Kristus sebagai hakim dunia. Namun selepas dari itu, pada abad pertengahan, mereka mulai menganggap bahwa adven merupakan penantian kedatangan Kristus yang di umpamakan dalam masa Natal.

Dalam perayaan maupun tradisi yang tertera, tentunya dalam setiap negara berbeda untuk menanggapi masa adven yang dikatakan “bulan penuh penantian.” Namun dibalik perbedaan mengenai cara merayakannya, tentunya masa adven yang kita jalani sekarang masih dalam akar dan tujuan yang sama, yakni penantian kedatangan Yesus Kristus di dunia.

Hal utama tentunya yang paling sering kita temukan dalam perayaan masa adven ini, dan dapat dikatakan dijadikan sebagai objek penyelaras untuk lebih menghayati pemaknaan adven ini, yakni  LINGKARAN ADVEN.

Lingkaran adven menjadi pedoman dan petunjuk yang diselarasakan kepada kehidupan kita yang sedang kita jalani. Bahwa jika di umpamakan, dalam lingkaran merupakan bidang yang tak mempunyai sudut, dengan itu seluruh aspek yang diharapkan dalam kehidupan kita dapat terus berkelanjutan dari awal sampai akhir.

Selain itu,  lilin menjadi aspek yang memberikan kesan bahwa dalam perjalanan hidup kita, pastinya selalu diterangi dengan cahaya ilahi Yesus Kristus sendiri.

Dan aspek selanjutnya menyelaras kepada dedaunan hijau yang berupa cemara untuk melambangkan Kristus yang mati namun hidup kembali untuk selamanya.

Tentunya tradisi umum yang telah kita lakukan, yakni berdoa dan selalu menyalakan lilin adven yang mana tiap lilin nya memiliki pemaknaan yang dapat kita jadikan sebagai konektivitas penyeleras kita terhadapa penantian kedatangan Yesus sendiri.

Adapun ketiga lilin yang berwarna ungu  yang menandakan pertobatan, persiapan dan kurban. Dan salah satu lagi lilin yang berwarna Pink/merah muda,yang menandakan kesiapan diri kita dalam menyambut Tuhan yang hadir ke dunia.

Dan dengan apapun itu, tentunya penghayatan diri manusia masing-masing berbeda. Dan dengan itu tradisi adven ini tidak memiliki peraturan khusus yang mengikat  tentang bagaimana kita harus merayakan adven itu, namun bagaimana seluruh penghayatan diri kita akan kedatangan Sang Mesias dapat tercipta, dan tentunya dapat merayakan natal bersama.

Style Selector

Layout Style

Predefined Colors

Background Image